NEWSTICKER

Tiga Tradisi Unik Masyarakat Indonesia Menyambut Ramadan

N/A • 23 March 2023 06:31

Berbagai tradisi dilaksanakan di berbagai daerah untuk menyambut jelang Ramadan. Mulai dari tradisi kesenian hingga memanen ikan.

Ratusan warga masyarakat tumpah ruah memenuhi sepanjang Pantai Apra di Cianjur Selatan. Mereka melakukan tradisi menjelang Bulan Suci Ramadan dengan memanen ikan impun. 

Tradisi panen ikan impun ini dilakukan dua kali dalam setahun. Biasanya ratusan bahkan ribuan orang memenuhi sepanjang pesisir pantai untuk menjaring impun yang terbawa oleh ombak laut. 

Ikan impun ini merupakan ciri khas ikan dari wilayah Cianjur Selatan yang gurih untuk dikonsumsi. Harganya pun cukup mahal serta proses panennya dinilai berisiko karena harus melawan ombak laut yang cukup besar. Menurut warga, ikan impun ini keluar setiap menjelang Ramadan. Hal ini pun dinilai warga menjadi berkah.
 
Di Bojonegoro, Jawa Timur, ratusan pedagang pasar tradisional menggelar pawai gunung apem. Apem ini diarak di jalan sekitar pasar induk tradisional Kota Bojonegoro. 

Gunung yang terbuat dari jajanan pasar apem ini selanjutnya dibagikan kepada masyarakat yang hadir dalam pawai tersebut. Di sepanjang perjalanan pawai, warga dan pedagang ini tak berhenti melantunkan selawat dan doa dengan diiringi musik tradisional dan rebana.

Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Tradisional Kota Bojonegoro, Wasito menuturkan kegiatan ini untuk menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan. Selain itu juga sebagai bentuk solidaritas sesama pedagang dalam mempertahankan eksistensi pasar dari ancaman penggusuran yang akan dilakukan oleh pemerintah kabupaten setempat.
 
Sementara itu di Kota Semarang, Jawa Tengah, tradisi warisan leluhur Kota Semarang  "dugderan" dilakukan untuk menyambut Bulan Suci Ramadan. Sebelumnya kegiatan ini sempat dibatasi pelaksanaannya karena pandemi covid-19.

Namun di tahun ini pelaksanaannya berlangsung sangat meriah karena antusias warga Semarang tumpah ruah di sepanjang jalan rute acara tradisi dugderan berlangsung. Kegiatan ini dilaksanakan di antara Jalan Pemuda menuju ke arah Masjid Kauman, Semarang.

Tradisi dugderan terdiri dari penabuhan bedug di Masjid Kauman menerima halaqoh serta tradisi bagi-bagi kue khas Semarang yaitu ganjel rel. Dugderan adalah suatu upacara yang dilaksanakan tiap menjelang datangnya Bulan Ramadan.

Upacara ini merupakan cerminan dari perpaduan tiga etnis yang mendominasi masyarakat semarang yakni etnis Jawa, Tionghoa dan Arab . Nama “dugderan” diambil dari kata “dugder” yang berasal dari kata “dug” (bunyi bedug yang ditabuh) dan “der” (bunyi tembakan meriam). Bunyi “dug” dan “der” tersebut sebagai pertanda akan datangnya awal Ramadan.

Menurut sejarah upacara dugderan diperkirakan mulai berlangsung sejak 1881 di Kota Semarang.
(Dwiki Feriyansyah)