Bank Indonesia berupaya menekan inflasi, dengan kembali menaikan suku bunga acuan BI Seven Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin, menjadi 5,75%. Kenaikan ini, seiring dengan kebijakan bank sentral negara-negara maju, seperti Amerika Serikat hingga negara di Uni Eropa.
Kebijakan tersebut diputuskan saat rapat dewan gubernur Bank Indonesia pada 18-19 Januari 2023. Hal ini sebagai langkah lanjutan secara front loaded, preemptive, dan forward looking memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi ke depan.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebut, kenaikan suku bunga secara kumulatif hingga 225 basis poin, sejak Agustus 2022, memadai untuk memastikan inflasi inti dan inflasi konsumen berada di target sasaran.
Selain itu, Perry juga menjelaskan pada 2022, inflasi inti tercatat sebesar 3,36% secara tahunan, atau jauh lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia sebesar 4,61% secara tahunan. Demikian juga dengan inflasi indeks harga konsumen (IHK) 2022, yang tercatat sebesar 5,51% jauh lebih rendah dari consensust forecast 6,5%.
Namun, kondisi perekonomian global 2023 masih menghadapi risiko dan tantangan akibat ketegangan geopolitik, ketidakpastian dan dampak pandemi yang belum sepenuhnya usai.
Bank Indonesia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2023 menjadi 2,3?ri prakiraan sebelumnya 2,6%. Sementara itu, tekanan inflasi global mulai berkurang, tetapi masih di level tinggi seiring masih tingginya harga energi dan pangan global, berlanjutnya gangguan rantai pasok dan masih ketatnya pasar tenaga kerja di Amerika dan Eropa.
Berbagai negara menempuh kebijakan moneter untuk merespons kondisi tersebut, yang turut berdampak pada negara berkembang, termasuk Indonesia. Meski demikian, kondisi perekonomian Indonesia terbilang kuat jika dibandingkan beberapa negara lainnya. Perry menegaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 diprediksi ke titik tengah kisaran 4,5 sampai 5,3%.