NEWSTICKER

Transisi Energi Indonesia Didorong Lonjakan Investasi Asing

Ilustrasi investasi. Foto: Medcom.id

Transisi Energi Indonesia Didorong Lonjakan Investasi Asing

Annisa Ayu Artanti • 31 May 2023 13:42

Jakarta: Direktur Eksekutif ReforMiner Komaidi Notonegoro mengatakan Indonesia masih sangat memerlukan investasi global untuk mempercepat transaksi energi di Indonesia. 
 
Asal tau saja, Menurut data Kementerian Investasi, pada 2021 Indonesia mencatat kenaikan hingga 25 persen pada investasi bidang energi baru dan terbarukan (EBT).
 
Sementara data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hingga 2060, Indonesia membutuhkan investasi hingga USD1 triliun untuk mengembangkan EBT dan transmisi energi.
 
Menurutnya, jika hanya mengandalkan kekuatan domestik, hasilnya akan kurang optimal karena masih harus dibagi-bagi ke semua sektoral, sedangkan masalah investasi bukan hanya di sektor pertambangan. 
 
Dia juga menilai kolaborasi dengan investor global lebih baik dan lebih optimal dari berbagai aspek.    
 
"Sebetulnya kebutuhan utamanya ada di investasi. Kalau investasi masuk ke dalam negeri, secara otomatis beberapa variabel akan tercipta. Otomatis penyerapan tenaga kerja juga akan dinikmati oleh domestik. Kemudian, nilai tambah ekonomi juga akan tercipta di dalam negeri," kata Komaidi, dalam keterangan tertulis, Rabu, 31 Mei 2023.
 
Pemerintah fasilitasi lonjakan investasi asing
 
Saat ini pemerintah Indonesia telah secara aktif memfasilitasi lonjakan investasi asing ini dengan menerapkan kebijakan dan kerangka peraturan yang menguntungkan untuk menarik investor internasional. Termasuk dengan menerapkan Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) yang dinilai akan memperbaiki iklim investasi di Indonesia. 
 
Namun, tantangan tetap ada di jalan dalam memastikan investasi yang berkualitas dan berdampak pada proses transisi energi menuju pengembangan ekosistem baterai. 
 
Ia mengungkapkan, investasi yang berkualitas dapat dilihat dari adanya proses transfer teknologi, penguatan kapasitas sumber daya manusia, dan kegiatan industri yang mementingkan aspek keberlanjutan. 
 
Ia pun menambahkan untuk memaksimalkan peran perusahaan asing terhadap perekonomian di dalam negeri, pemerintah cukup menyesuaikan dengan peta kebijakan Indonesia dalam 5, 10, dan 15 tahun ke depan berdasarkan komoditas yang digarap. 
 
Contohnya, jika berbicara tentang satu korporasi, katakanlah PT Vale Indonesia, berarti pemerintah berbicara soal peta kebijakan subsektor mineral dan arahnya pada produksi baterai.   
 
Selama ini, produk Vale Indonesia yang dihasilkan di Indonesia diterima di pasar global, antara lain sebagai pemasok baterai pada perusahaan otomotif global, Ford Motor Inc.
 
Aksi bisnis perusahaan lokal dorong perekonomian
 
Di dalam negeri, aksi bisnis perusahaan juga menghasilkan nilai tambah bagi perekonomian dan memberikan dampak sosial ke masyarakat. 
 
Ke depan, Vale berencana membangun pabrik peleburan nikel berteknologi High-Pressure Acid Leach (HPAL) untuk menghasilkan bahan baterai kendaraan listrik.
 
"Jika di masa kontrak sebelumnya, Vale Indonesia katakanlah orientasinya ekspor, Pemerintah bisa melakukan negosiasi ulang agar direalokasi di dalam negeri karena di sini sudah ada smelter. Vale tentunya memilih ekspor karena biasanya harga di luar lebih tinggi," jelasnya
 
Dari contoh itu, Komaidi pun menambahkan, pemerintah Indonesia seharusnya dapat mengelola investasi yang berkualitas, berorientasi pada lingkungan, dan diterima dalam pasar global. 
 
Keberhasilan pendekatan kolaboratif Indonesia yang menyoroti potensi hubungan yang saling menguntungkan antara keahlian lokal dan modal internasional dapat memupuk masa depan yang lebih hijau sambil mengatasi tantangan global yang mendesak.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Metrotvnews.com

(Annisa Ayu)